Oleh: Khoirul Taqwim
Kumainkan kakiku melangkah
Kuayunkan celurit diatas udara
Kutebas leher jika tuan melawan
Kutusuk jantung biar tahu rasa pedih hidup
Aku perampok diujung jalan
Menjarah harta semauku
Membunuh bila perlu
Memperkosa jika birahi nafsu datang
Perampok gila itu sebutanku
Licik benar otakku
Kejam gerakanku
Aku penjudi kakap
Mabuk berat Hari-hariku
Gila benar hidupku
Perampok diujung jalan
Tempat beraksi menari
Menggelayut senjata ditangan
Hidupku melacur nyawa
Taruhan hari panasku
Dingin kantong kubunuh
Kujarah dalam rongga
Cepat kuambil semua harta
Sebelum kuhunus pedangku
Sudah sakit jiwa
Terkoyak mata dunia silau
Tak henti nafsu angkara birahi
Jadi tumbal kehidupan
Tuhan
Kutaubat nasuha
Terketuk diri dari hati dalam
Ma’afkan aku sebelum ajal
Aku kapoh lombok pedas sejagat
Tak
Kusimpuh luluh lantak dihadapanmu
Kupejamkan seluruh mata yang ada
Hanya mata hati terpancar di jiwa
Untukmu Tuhan daku taubat nasuha
Oleh: Khoirul taqwim
Cinta membabi buta
Entah berantah terasa
Ganjil cerita ada makna
Hilang disenyap kata
Kenapa ada cinta buta??..
Benar gila cinta rasa
Tak pendam tak hilang semakna
Benar kurang asem cinta buta
Warna meraba dalam dada
Penuh sesak nafas gila
Cinta entah brathayuda
Menyingsing matahari nan gerhana
Bintang menyala dilangit bukit
Alamku lagi senda gurau
Semua benar ada alam ranah jiwa
Kemana cinta datang sesaat?....
Tak kunjung jua hari ini
Kemana cinta pergi sesaat??..
Tanda tanya’ tak pernah sirna
Lewat bahasa ilustrasi kukata
Cinta berantah
Entah kemana
Semua pergi dalam jiwa
Larilah cinta
Sejauh bisa
Sebelum raib dalam dada
Tak jekas tak kira
Bualan jagat
Duka sengsara
Gembira loka
Paduan hidup berantah
Oleh: Khoirul Taqwim
Ramayana cerita nirwana
Gatot koco munggah nang langit
Kunto dewo entah berantah
Pewayang jalan menari diatas pentas
Benar adanya itu rasa
Cerita rakyat mengabdi jiwa
Wayang
Cinta ikut cerita
Perang jagat ambruk
Jadi siji nang jero wayang
Lakon tragedy kehidupan
Pejuangan darah tak ada habis
Semangat luar biasa membakar
Hidup makna
Mati sudahlah
Wayang jawa penuh gairah
Kehidupan wayang
Tak ubah kehidupan jabal manusia
Mainan jagat raya
Melangkah sendi nyawa
Jagat sambut tanganmu
Nyawamu lepas
Bumi sambut tenggelamkan jasadmu
Cerita wayang
Penuh adegan
Sejuta babat urip
Mati sewu
Mati suri
Tambah serem
Mati kuwalat
Bedebah nyekti siro
Kisah wayang
Tarung kehidupan
Kisah wayang
Tarung jagat raya
Oleh: Khoirul taqwim
Tuhan
Hukumku kaku pilu
Hukumku mati suri
Hukumku hilang ruh nyawa
Hukumku tinggal jasad
Mayat jadi hukumku
Tuhan
Kumengadu dalam sabda
Firman jadi gelondomgan bahasa
Benar gila duri hukumku
Lari kepanggang jenggot
Kemana jalan hukum
Semua sirna ditelan raksasa duit
Tuhan
Benar adanya hukumku mati sebelum perang
Benar hidup hukumku tak bernyawa
Tinggal sampah bahasa
Tinggal rongsokan budaya
Apa jawab itu hukum
Semua ninak bondo dalam susah rakyat
Kemewahan adalah milik hukum
Benar bedebah hukumku
Ma’af Tuhan
Terucap dari bahasa terdalam
Terucap dari nurani keluguan abdi
Tuhan aku bersimpuh difirmanmu
Bukan aku takut
Bukan aku pengecut
Aku hanya bahasa hidup
Menanti abadi semu
Taubatku mati hukum
Oleh: Khoirul Taqwim
Kumengabdi dalam langkah
Hilang susah rasa kepayang
Kutengok aku dalam mimpi buta
Berita kau pancarkan
Hilang ditelan rahwana
Benar semua telah sirna dalam jenaka
Hidup penuh makna
Derita pangkasan hati kelabu
Ranah jiwa terukir dalam kalbu
Dingin menggigil
Panorama sakti menggelayut jantung
Hinggap dalam ranah tak makna
Nyawa sepotong bahasa nirwana
Kelam sunyi mendua
Uang bangun dalam kenangan
Malam tidur dalam senyap waktu
Tarian anak kecil
Ingatkan bahasa silat penuh makna
Kau tuding aku lari dalam rembulan
Hilang sudah sabda Ratu
Ditelan republick raya
Zaman bergeser arah
Tinggal menunggu kiyamat
Akhir sudah riwayat sabdo Ratu
Jenaka kosong
Simbu pilu
Menggupal
Menyirat sebuah tarian makna
Oleh: Khoirul Taqwim
Mati hukum kutu
Kemana lari keadilan
Jalan tempat arah
Mundur dalam hilang
Amburadul benar
Negeri hukum berpadu buta
Jalan hukum dipajang
Di mata hukum sama
Slogan itu benar
Nyata itu tipuan bahasa
Hukumku mati kutu
Dibunuh uang jelalatan
Mereka yang punya uang segudangBenar-benar apa adanya hukum mati kutu
Bahasa menyelinap barisan hukum
Semua tak mampu hilang
Rasa hukum telah mati jiwa
Sesak nafas benar hukum
Dirasa pusing tujuh kepala
Hukum mati kutu
Telah kurasa jiwa sekarat
Hilang sudah keadilan
Semua membatu buta
Terpaku kebobrokan yang ada
Keadilan hukum sirna
Benar hukum mati kutu
Dihadapan kantong tebal
Hukum tak bertuan harusnya
Tapi hukum mati kutu ditelan mendung raya
Bagunan peradilan Belanda berdiri tegak menjulang ingatkan kita, banyaknya masyarakat pribumi di adili di pegadilan ini, di bunuh, di siksa, atas nama keadilan palsu yag diuat kaum belanda, negeriku saat ini tak jauh berbeda dengan pengadilan Belanda, sebagian besar hukum negeriku masih menggunakan hukum belanda.
Oleh: Khoirul Taqwim
Jiwaku meraung-raung kesakitan
Batinku teriris hingga aku terlempar
Ingin sekali aku meraih bintang-bintang diangkasa
Apa daya tangan tak sampai
Kemana harus pergi jiwa ini yang resah gelisah
Aku haus air tuk sejukkan batinku
Kurebahkan pikiranku tuk tenangkan jiwa
Aku terkapar dikegelapan malam
Biarlah aku berdiri disini menanti hari esok
Tuk buktikan kesetiaan
Atas apa yang tak kau tahu
Agar kau tahu jiwaku meronta dibalik bukit rasa
Merona dalam pencarian mata kalbu
Kutunggu sejauh ada tak ada
Menunggu rembulan
Raihku dalam mimpi
Perjalanan raih cahaya jauh terasa
Aku harus tahu hakikat hidup
Jiwaku sepi bersama awan kelam
Kumeronta-ronta disudut malam yang panjang
Wahai binatang!!..
Wahi Iblis!!..
Kemana malam ini
Kau tak tak datang sambut gelap
Kau biarkan aku disini
Sendiri tanpa ada kau temani
Anjing-anjing menggonggong
Bermata Satu
Berdarah dingin
Siap lepas hasrat
Aku resah gelisah
Mencari hidup
Jalan tak kunjung jua
Sempurna yang kucari
Mata sejauh menghilang
Hati sejauh tak sampai
Mimpi kosong
Angan-angan tak hilang pekat
Cari tak pernah puas
Cari hilang sendiri
Semua masih dalam satu cari
Kelam dalam kelabu
Hitam dalam kemelut
Terang hadirkan
Saat mimpi buta kau datang
Jiwa tenggelam dalam buku
Pena menuntun hakikat hidup
Kubiarkan diri mengitari bumi
Mencari secercah cahaya
menantang langit udara
kubisu
kubuta
datanglah kau kutunggu
Sobat
Seruku dengarkan!...
Pahami kehidupan langit
Jangan lupa membumi saat kau jatuh
Awan-awan tebal memanas
Halilntar berkilat
Menggelegar petir menyayat
Kehidupan berjalan tetap waktu
Sobat
Aku disampingmu
Kau adalah pelita dalam jiwa
Terang benderang dalam kalbu
Saat kau tiba datang
Sobat
Mari kita lalui dunia hitam
Bersama buku terserak
Gapai hidup cita ini
Lintas batas menghadap
Terjang saat kau tiba
Lantas semua tuntas
Sobat
Tunjukkan jari otakmu
Gapai bintang dicakrawala
Lewat pena kita ada
Lewat pena kita julang
Lewat pena kita tebang
Raih semua yang ada
Sobat berlarilah
Membumi melangit dalam nafas
Entah berantah
Jagat bolak-balik
Rongsokan membumi
Bobrok negeriku
Hilang adil nyawa
Hilang tonggak kearifan
Tinggal kesedihan memalu
Tinggal puing-puing kehidupan
Semua jadi sampah kebenaran
Keadilan
Musnah kemana?..
Hilang kemana?..
Semua tak tersisa
Hasrat nafsu membunuh keadilan
Lembaga peradilan
Jadi bualan
Jadi tontonan
Jadi sandiwara
Buta dalam kata
Buta dalam jiwa
Buta dalam nurani
Bangsaku dirusak cukong-cukong mafia
Hakim
Suara yang dulu nyaring
Bahasa kebenaran harusnya dipegang
Kemana lari kebenaran
Dulu terpegang menggenggam
Kebohongan bukan sahabat
Kebenaran tegak
Keadilan jalan kemuliaan
Sekarang hilang tak sisa
Sekarang jadi bualan
Dimakan waktu zaman
Cukong berduit
Rusak peradilan
Rusak keadilan
Kebenaran uang
Kebenaran jadi sampah
Kebobrokan jadi kemenangan
Keadilan negeriku
Musnah
Hilang
Rusak
Bobrok
Terjual
Tanpa sisa kebenaran