Keberadaan ijazah sebagian pelajar menganggap barang yang istimewa, bahkan dengan buku yang dimiki pada waktu menempuh pendidikan pada sekolah dulu, ternyata masih bernilai dan berharga keberadaan ijazah, sehingga menimbulkan pengagungan terhadap ijazah secara berlebihan, apalagi kalau ijazah yang sudah tamat dari perguruan tinggi sekelas S1 sampai S3.
Memiliki ijazah bagi para pelajar sangat urgen bagi mereka yang sedang mencari pekerjaan, bahkan tidak hanya sebagai cara mencari kerja, namun ijazah sudah dijadikan gengsi hidup, karena banyak orang yang tertipu dengan ijazah tinggi mereka punya anggapan, bahwa mereka lebih pandai di banding yang tidak punya ijazah sama sekali, padahal semua itu belum jaminan, karena terkadang orang yang tidak punya ijazah ada yang lebih cerdas di banding mereka yang punya ijazah, sebab ada sebagian masyarakat tanpa ijazah malah mampu membuat perusahaan dengan karyawan para pelajar dari perguruan tinggi, berangkat dari sini berarti pendidikan yang mengagungkan ijazah harus di ubah cara pandang dalam memandang sebuah ijazah, bahwa sebenarnya ijazah hanya sebatas sarana dalam dunia pendidikan, bukan dewa yang harus di agungkan.
Kalau para pelajar ada yang melihat anak membawa kacang goreng dengan bungkus ijazah, tentu banyak orang akan bilang, bahwa anak ini sudah tidak waras alias edan, karena ijazah merupakan pelicin di dalam mencari pekerjaan, mengingat bangsa ini sudah membudaya, bahwa ijazah merupakan simbol dalam meraih sebuah kesuksessan, sehingga pendewaan ijazah sudah tidak terelakkan lagi.
Mellihat ijazah sebagai dewa pendidikan di Indonesia, tentu meresahkan bagi anak yang punya keahlian di bidang yang digeluti, padahal dia lebih ahli di banding orang yang punya ijazah, sehingga dari sini memunculkan oknum lintas cepat mencari ijazah dengan cara tidak halal, tetapi kesalahan ketika ada oknum jual beli ijazah, pemerintah selalu menyalahkan oknum tersebut, padahal adanya oknum jual beli ijazah tak lepas dari pendidikan di negeri ini yang hanya mengejar sebuah simbol belaka, karena itu perlu instrospeksi diri dari kalangan pendidikan Indonesia mengenai keberadaan ijazah saat ini.
Ijazah sebagai bungkus kacang goreng merupakan salah satu pemberontakan lintas batas terhadap dunia pendidikan, bahwa di negeri ini telah memandang ijazah barang yang berharga, bukan dari keahlian seseorang dalam menjalankan sebuah pekerjaan, sehingga kedepan para pendidik dituntut untuk bekerja ekstra keras, agar anak didik yang duduk di dunia pendidikan saat ini harus di beri arahan, bahwa ijazah sebatas sarana, bukan ukuran kepandaian seseorang dalam mencapai kesuksessan, apalagi dijadikan dewa (jangan sampai), karena banyak orang sukses tanpa Embel-embel keberadaan ijazah, ternyata mereka lebih sukses di banding mereka yang punya ijazah. Wallahu a'lam bisshowab............
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)............. .
.
Memiliki ijazah bagi para pelajar sangat urgen bagi mereka yang sedang mencari pekerjaan, bahkan tidak hanya sebagai cara mencari kerja, namun ijazah sudah dijadikan gengsi hidup, karena banyak orang yang tertipu dengan ijazah tinggi mereka punya anggapan, bahwa mereka lebih pandai di banding yang tidak punya ijazah sama sekali, padahal semua itu belum jaminan, karena terkadang orang yang tidak punya ijazah ada yang lebih cerdas di banding mereka yang punya ijazah, sebab ada sebagian masyarakat tanpa ijazah malah mampu membuat perusahaan dengan karyawan para pelajar dari perguruan tinggi, berangkat dari sini berarti pendidikan yang mengagungkan ijazah harus di ubah cara pandang dalam memandang sebuah ijazah, bahwa sebenarnya ijazah hanya sebatas sarana dalam dunia pendidikan, bukan dewa yang harus di agungkan.
Kalau para pelajar ada yang melihat anak membawa kacang goreng dengan bungkus ijazah, tentu banyak orang akan bilang, bahwa anak ini sudah tidak waras alias edan, karena ijazah merupakan pelicin di dalam mencari pekerjaan, mengingat bangsa ini sudah membudaya, bahwa ijazah merupakan simbol dalam meraih sebuah kesuksessan, sehingga pendewaan ijazah sudah tidak terelakkan lagi.
Mellihat ijazah sebagai dewa pendidikan di Indonesia, tentu meresahkan bagi anak yang punya keahlian di bidang yang digeluti, padahal dia lebih ahli di banding orang yang punya ijazah, sehingga dari sini memunculkan oknum lintas cepat mencari ijazah dengan cara tidak halal, tetapi kesalahan ketika ada oknum jual beli ijazah, pemerintah selalu menyalahkan oknum tersebut, padahal adanya oknum jual beli ijazah tak lepas dari pendidikan di negeri ini yang hanya mengejar sebuah simbol belaka, karena itu perlu instrospeksi diri dari kalangan pendidikan Indonesia mengenai keberadaan ijazah saat ini.
Ijazah sebagai bungkus kacang goreng merupakan salah satu pemberontakan lintas batas terhadap dunia pendidikan, bahwa di negeri ini telah memandang ijazah barang yang berharga, bukan dari keahlian seseorang dalam menjalankan sebuah pekerjaan, sehingga kedepan para pendidik dituntut untuk bekerja ekstra keras, agar anak didik yang duduk di dunia pendidikan saat ini harus di beri arahan, bahwa ijazah sebatas sarana, bukan ukuran kepandaian seseorang dalam mencapai kesuksessan, apalagi dijadikan dewa (jangan sampai), karena banyak orang sukses tanpa Embel-embel keberadaan ijazah, ternyata mereka lebih sukses di banding mereka yang punya ijazah. Wallahu a'lam bisshowab............
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)............. .
.