Pilkada DKI Jakarta: Kelemahan Jokowi ada Dalam Diri Ahok



Jokowi sudah tidak diragukan lagi dengan kemampuan dalam memimpin sebuah daerah, khususnya daerah Solo. Bahkan dalam putaran pertama pilkada di DKI Jakarta Jokowi meraup kemenangan besar, tetapi sayang kemenangan Jokowi tidak mencapai lima puluh persen lebih. Sehingga putaran kedua harus dilakukan. Mengingat Undang-undang pilkada mewajibkan menang diatas lima puluh persen lebih.

Putaran kedua pilkada semakin seru dan panas, apalagi pertarungan antar politis semakin menguat dengan berbagai strategi dalam memenangkan pilkada di DKI Jakarta. Sehingga putaran kedua nanti merupakan sebuah penentu dalam menentukan bakal calon gubernur di DKI Jakarta dengan masa bakti 2012-2017.

Sebenarnya, Jokowi bisa memenangkan pilkada di DKI Jakarta dengan mudah, asalkan Jokowi dapat memilih calon wakil gubernur sesuai dengan identitas masyarakat secara umum di Jakarta, tetapi Jokowi ternyata memilih wakil Gubernur jauh dari identitas secara khalayak umum. Sehingga Jokowi harus bersusah payah terlebih dahulu, apabila menginginkan kemenangan dalam pertarungan pilkada di DKI Jakarta, apalagi profil Ahok sudah diketahui khalayak umum tentang siapa ahok sebenarnya.

Kelemahan Ahok dalam pilkada di DKI Jakarta menjadi beban berat timses Jokowi yang didukung penuh dari partai Gerindra dan PDIP, apalagi dalam ayat suci Al-Qur'an sudah dijelaskan dan diingatkan tentang siapa yang layak menjadi pemimpim sesuai dengan pandangan Islam.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi
sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu yang
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang
itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim" (QS
Al-Ma-idah [5]: 51).


Dalam QS Ali 'Imran [3]: 118 kaum Muslim diingatkan untuk
tidak menjadikan orang-orang di luar kalangan Muslim sebagai
bithanah (teman-teman tempat menyimpan rahasia) dengan
alasan bahwa:

"... mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kerugian bagi
kamu (kaum Muslim). Mereka menyukai apa yang menyusahkan
kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka sedang apa
yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Kami
telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda (siapa kawan dan
siapa lawan), jika kalian memahaminya." (QS Ali 'Imran [3]:
118).

Berangkat dari tulisan sederhana diatas dapat diambil sebuah kesimpulan. Bahwa kemenangan Jokowi diputaran pertama belum bisa dikatakan menjadi sebuah kemenangan diputaran kedua nanti. Mengingat Islam sangat tegas dalam memberikan sebuah pandangan siapa yang layak menjadi pemimpin, dan siapa yang pantas menjadi seorang pemimpin ditengah-tengah kehidupan masyarakat Islam. Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah bagi para pembaca tulisan singkat ini, Amiin.........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........