Astagfirullah, Masyarakat Islam Indonesia Hidup di Negara Non Islam



Sungguh dilema keberadaan umat Islam di Indonesia, di satu sisi masyarakat beragama Islam, namun di si lain wajah negara tidak Islam yang menjadi azas sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga sampai detik ini masih ada masyarakat yang terus berjuang melakukan gerakan revolusi sosial dengan tujuan menciptakan sebuah negara Islam di Indonesia.

Malaysia bangsa tetangga Indonesia, sudah terlebih dahulu membuat negara Islam, padahal kemerdekaan terlebih dahulu di raih bangsa Indonesia, sehingga sampai detik ini bangsa Malaysia dapat hidup secara ideal antara karakter masyarakat dengan azas sebuah bangsa, sedangkan Indonesia masyarakat bependuduk Islam sekitar hampir 90 persen, tetapi masyarakat bangsa Indonesia tidak hidup berdasarkan negara Islam, bahkan ironis hukum yang berlaku di Indonesia cenderung warisan dari bangsa penjajah Belanda.

Kemajuan Malaysia tidak lepas antara kehidupan masyarakat dengan azas sebuah bangsa dapat berjalan searah, bagaimana tidak?.....masyarakat Malaysia berpenduduk dengan karakter Islam dan azas sebuah bangsa juga memakai Islam, sedangkan bangsa Indonesia berpenduduk Islam, namun negara berazaskan non Islam, sehingga yang terjadi ada titik buntu yang tidak saling berkaitan antara masyarakat dengan azas sebuah bangsa.

Kita masih ingat segar mengenai sejarah besar Majapahit, Sriwijaya, Kutai kartanegara, Demak bintoro, Samudra pasai dan masih banyak lagi dinasti yang ada di nusantara, ternyata antara kehidupan masyarakat dengan azas sebuah bangsa ada saling berkesinambungan yang tidak terpisahkan satu sama lain, bahwa masyarakat beragama Hindu, Budha, Islam atau agama lain tidak terpisah antara azas sebuah bangsa dengan kehidupan masyarakat, sehingga ada keterkaitan yang saling memberikan semangat dalam menjalankan sebagai masyarakat dalam bernegara.

Ketika masyarakat Islam hidup di negara non Islam, tentu akan terjadi sesuatu yang terputus antara kebutuhan politik dengan kehidupan, sedangkan masyarakat Malaysia cenderung ada keserasian antara kehidupan masyarakat dengan negara yang Sama-sama bersumber dari ajaran Islam, sedangkan Indonesia masih berkiblat dari Undang-undang buatan belanda, sehingga kehidupan masyarat dengan bangsa Indonesia terputus yang tidak saling berkaitan satu sama lain, bahkan keberadaan pemerintah cenderung memaksa dalam menjalankan tugas kenegaraan. Inilah yang dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Masyarakat Islam di paksa mau tidak mau hidup dengan karakter yang berbeda antara kehidupan dengan kepribadian bangsa, sehingga terjadi keterputusan antara negara dengan kehidupan masyarakat yang saling tidak menemukan tali sambung menyambung. Inilah yang harus menjadi perhatian masyarakat Indonesia, kenapa kita tidak belajar dari Malaysia?....bahwa Malaysia mampu menggabungkan karakter masyarakat dengan azas kenegaraan, padahal Malaysia merdeka setelah Indonesia merdeka, tetapi masyarakat Malaysia mampu lebih makmur dan sejahtera terlebih dahulu di banding keberadaan masyarakat bangsa Indonesia pada umumnya.

Sebenarnya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang punya pandangan keislaman yang tak kalah dengan Timur Tengah maupun bangsa Afrika Utara atau negara lain mengenai keislaman, tetapi masyarakat Indonesia di suruh hidup di negara dengan cara pandang non Islam, padahal Indonesia masyarakat terbesar adalah beragama Islam.

Saya selalu berdo'a, semoga ada reaksi revolusi sosial yang mampu meluruskan antara hubungan masyarakat dengan negara, agar terjadi keselarasan dan keseimbangan yang saling menguatkan satu sama lain, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang dapat berjalan sejajar dengan karakter masyarakat pada umumnya, bukan masyarakat islam terpaksa hidup di negara non Islam, dan semoga tercipta negara " Baldatun thoyibatun warabbun ghafur ". Wallahu a'lam bisshowab............

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
.

0 komentar:

Posting Komentar