Mendengar kata pengusaha Vs buruh membuat hati bertanya tentang realita kehidupan industri maupun kehidupan perusahaan ditengah-tengah masyarakat. Mengingat para pengusaha dan para buruh sudah semestinya saling bersinergi dalam membangun sebuah perusahaan yang sehat, tetapi bukan malah saling intrik dan saling serang antar satu sama lainnya.
Pertarungan pengusaha Vs buruh dalam tarik ulur masalah upah minimum propinsi membuat sengit keadaan. Karena buruh menginginkan gaji yang layak sebagai pekerja diperusahaan. Sedangkan pengusaha merasa keberatan menaikkan angka nominal kenaikan gaji para buruh.
Berbagai tuntutan buruh dari mogok masal sampai sweeping disejumlah industri maupun perusahaan membuat suasana carut marut dan memanas. Sehingga yang terjadi saling menggertak satu sama lain, pengusaha dengan menggertak akan menutup perusahaan. Sedangkan para buruh akan tetap melanjutkan aksi demo sebagai bentuk protes terhadap pengusaha yang dianggap terlalu kecil dalam memberikan gaji terhadap para buruh dalam bekerja.
Sebenarnya, pengusaha dan buruh merupakan sebuah denyut nadi kemajuan disebuah perusahaan, tetapi kalau pengusaha dan buruh terus terjadi sebuah pertarungan yang mengakibatkan tutupnya sebuah perusahaan, tentu mereka sama-sama dirugikan. Sehingga perlu ada sebuah solusi yang cerdas dalam menanggapi permasalahan pengusaha Vs buruh, agar keduanya tidak sama-sama mengalami kerugian.
Ketika buruh digaji kecil, sedangkan pengusaha mendapatkan keuntungan yang begitu besar, tentu akan terjadi ketidak-seimbangan dalam bangunan perusahaan. Mengingat kaum buruh mendapatkan keuntungan kecil. Bahkan untuk menyambung hidup sangat merasa kesulitan, sementara pengusaha mendapatkan keuntungan yang begitu besar, berarti model seperti ini, mengingatkan masa perbudakan masa lampau, cuma perbedaannya masa lampau dengan masa sekarang berbeda zaman. Sehingga lebih tepatnya dikatakan perbudakan pada masa dahulu kala beralih menuju masa perbudakan zaman era globalisasi.
Begitu juga kalau buruh mendapatkan upah yang begitu tinggi, sementara pengusaha mendapatkan keuntungan rendah atau bahkan pengusaha malah mengalami kerugian dengan membayar tinggi para buruh. Sehingga terjadi kebangkrutan perusahaan dalam janga pendek, tetapi kalau kerugian ini, terus berlarut tanpa penyelesaian, berarti kebangkrutan secara permanen dalam perusahaan benar-benar akan terjadi., dan penutupan perusahaan atau industri tak dapat dipungkiri dalam realita kehidupan.
Melihat dari pandangan diatas harus ada keseimbangan antara buruh dan pengusaha, agar terjadi sebuah sinergi yang saling menguntungkan antar satu sama lainnya. Sehingga pengusaha dengan buruh dapat tercipta sebuah hubungan yang saling menguntungkan antar satu sama lainnya, bukan malah merugikan kedua belah pihak.
Pengusaha Vs Buruh sudah saatnya dicari solusi dengan tolak ukur seberapa keuntungan perusahaan antara pemasukan dan pengeluaran, agar tidak terjadi pembengkakan, tetapi terjadi sebuah sistem perusahaan yang sehat, dan tercipta sebuah realita kehidupan perusahaan yang jauh dari kebangkrutan, tentu tetap mempertimbangkan secara manusiawi gaji buruh, agar setara kebutuhan hidup para buruh antara pemasukan dengan pengeluaran ditengah-tengah kebutuhan hidup yang semakin melonjak tinggi. Karena jangan sampai buruh dirugikan sebagai pekerja diperusahaan. Mengingat buruh merupakan denyut nadi kehidupan disebuah perusahaan maupun kehidupan disebuah industri, begitu juga pengusaha merupakan ruh maju maupun mundurnya sebuah kehidupan perusahaan, agar pengusaha tidak mengalami kebangkrutan permanen dalam denyut nadi saat membangun tatanan perusahaan maupun industri secara tepat sasaran.
Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada para pengusaha dan para buruh dimanapun berada, Amiin.....
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........
0 komentar:
Posting Komentar