Berbicara bangsa dan negara tidak pernah ada habisnya, apalagi berbicara tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin amburadul ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat, padahal sebagai keutuhan bangsa dan negara, sudah seharusnya antara masyarakat dengan para pemimpin mampu menciptakan sebuah bangsa dan negara secara aman, adil, damai, sejahtera ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menciptakan rasa aman, nyaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara membutuhkan spirit yang tangguh dalam menghadapi segala persoalan, agar dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat dapat terjadi sebuah keseimbangan yang saling menguatkan antar satu sama lainnya.
Berbangsa dan bernegara adalah hak setiap warga, untuk menentukan sebuah kedaulatan disegala aspek kehidupan, agar warga masyarakat dapat hidup secara totalitas dalam mengemban amanah sebuah kemerdekaan yang berdaulat, adil, dan makmur sentosa.
Pada masa dahulu kala, sejak manusia baru lahir dimuka bumi, manusia belum mempunyai sebuah bangsa dan negara yang besar, seperti masa sekarang, tetapi pada masa dahulu kala, bukan berarti manusia hidup tanpa tatanan. Mengingat sebelum ada sebuah bangsa dan negara, pada masa dahulu kala, umat manusia sudah mempunyai tatanan berdasarkan keyakinan maupun berdasarkan alam. Inilah yang menuntun manusia dari waktu-kewaktu, akhirnya manusia berjumpa dengan istilah: bangsa dan negara.
Ketika berbicara bangsa dan negara ditengah-tengah realita kehidupan, begitu banyak problematika yang akan ditemukan. Sehingga memunculkan berbagai tafsir tentang sebuah tatanan kebangsaan, agar bangsa dan negara mampu menjadi cara pandang dalam kehidupan secara universal.
Bangsa dan negara adalah cara pandang dalam mengatur sebuah tatanan kehidupan masyarakat, agar berdaulat disegala aspek kehidupan, tetapi dalam tatanan bangsa dan negara, terkadang mendapatkan kendala tak sedikit jumlahnya, baik kendala secara intern maupun ekstern ditengah-tengah realita kehidupan berbangsa dan bernegara.
Saat bicara bangsa dan negara, otak kiri maupun otak kanan membayangkan sebuah wilayah, aturan, masyarakat, ketiga pokok ini menjadi sebuah paradigma pemikiran, bagaimana ketiga pokok ini mampu menjadi satu padu dan ideal dalam menggagas kehidupan berbangsa dan bernegara? Semua membutuhkan sebuah proses, apalagi bangsa dan negara tidak ada yang abadi, semua bangsa dan negara punya masa awal maupun masa berakhir. Sehingga diperlukan sebuah multi tafsir ditengah-tengah keberagaman sebuah tafsir, agar tercipta sebuah kondisi yang ideal dalam membangun sebuah tatanan ditengah-tengah kehidupan masyarakat dipelosok desa maupun diujung pusat kota.
Semoga Allah SWT selalu memberi pertolongan kepada kami semua, untuk menjalankan semua visi misi, agar mampu membangun bangsa dan negara yang beradab, sesuai dengan tuntunan firman dan sabda, Amiin.....
.
0 komentar:
Posting Komentar